KULIAH KOMPUTER DO KEBUMEN (I-Tech) MENUJU MASA DEPAN LULUS LANGSUNG KERJA
kuliah komputer di KEBUMEN-Hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018 baru diumumkan. Tak tidak tidak sedikit peserta yang gagal menembus seleksi tersebut, salah satunya Puspa Murti Amudita. Lulusan salah satu SMA negeri di Bandung ini memilih jurusan-jurusan Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Kedokteran Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Ekonomi Pembangunan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Ia tak menyerah. Seleksi Mandiri di sebanyak kampus negeri akan ia ikuti, yaitu di UNS Surakarta (Psikologi) dan Universitas Brawijaya (Farmasi). Jika ikhtiar kedua itu gagal lagi, pilihan kuliah di perguruan tinggi swasta (PTS) akan diambil.
“Kalau swasta sih maunya masuk Psikologi Universitas Islam Bandung (Unisba). Dari kemarin-kemarin, kampus swasta itu yang [jurusan] Psikologi-nya lumayan [baik],” ujarnya.
Hal sama dialami oleh Abie Kanzy. Lulusan salah satu SMA negeri di Jakarta itu tak berhasil masuk ke Institut Teknologi Bandung (ITB) dan IPB, dua kampus negeri yang ia pilih dalam SBMPTN 2018. Seperti Puspa Murti Amudita, ia juga akan mencoba ikut Seleksi Mandiri demi satu kursi di kampus negeri dambaannya. Bila Seleksi Mandiri tidak sukses ditaklukkan, ia dihadapkan pada dua pilihan: ikut SBMPTN tahun depan atau masuk kampus swasta.
Baginya, masuk sekolah swasta sebenarnya bukanlah masalah, tetapi orangtuanya berangan-angan ia masuk kampus negeri. Maka, ia pun berjuang menembus PTN.
“Kalau swasta sih mau masuk Atma Jaya jurusan Kedokteran,” katanya.
Jika Puspa Murti Amudita dan Abie Kanzy baru tidak sukses sekali, Irfan Nurfauzan malah sudah dua kali tak lolos seleksi PTN. Tahun 2017, ia tidak sukses masuk ke UPI dan Unpad. Tahun ini, lulusan SMA Negeri 25 Bandung itu tak berhasil masuk ke Unpad dan Universitas Brawijaya.
Setahun belakangan, ia sebenarnya telah kuliah di UPI jurusan Pariwisata lewat jalur Seleksi Mandiri, tapi karena merasa tak cocok, ia akhirnya ikut lagi SBMPTN tahun 2018. Setelah gagal untuk yang kedua kalinya, ia bercita-cita memilih pindah ke Unisba, kampus swasta di Bandung.
Selain keinginan mereka sendiri, keputusan ketiga lulusan SMA tersebut untuk mengikuti SBMPTN 2018 didorong oleh harapan orangtua. Di samping pertimbangan biaya—secara umum biaya PTN lebih murah—anggapan bahwa lulusan PTN lebih bermutu | bermutu | berbobot | berbobot | berkualitas dan lebih cepat terserap lapangan kerja dibanding lulusan PTS, menjadi alasannya.
“Yang kesatu urusan orangtua juga yang pasti inginnya masuk PTN, ya mungkin untuk ke depannya bila alumni negeri tersebut kesempatan kerjanya lebih tidak tidak banyak dilirik sama perusahaan,” ujar Irfan Nurfauzan.
Kampus swasta selama ini memang tidak jarang dijadikan pilihan terakhir sejumlah besar calon mahasiswa di Indonesia. Faktor biaya dan bayang-bayang masa mendatang yang lebih baik karena digembleng di lembaga pendidikan terbaik sering kali menjadi pertimbangan utama.
Yoga misalnya. Alumni Universitas Komputer (Unikom) angkatan 2007 itu sebelumnya pernah mencoba masuk ITB, tetapi gagal.
“Sebenarnya surat undangan dari Unikom sudah diterima sebelum ujian Saringan Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Ya, akhirnya jadi buat cadangan aja,” ujarnya.
Hal serupa pun diungkapkan oleh Fathonil Aziz, alumni Universitas Maranatha angkatan 2014. Setelah tahun sebelumnya gagal menembus Universitas Airlangga, tahun berikutnya ia memutuskan untuk kuliah di salah satu kampus swasta di Bandung tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar